Senin, Mei 25, 2009

4. INTEGRASI IMAN DENGAN TANGGUNG JAWAB SEBAGAI GURU

PREVIOUS PAGES :

1. PENDAHULUAN

2. INTEGRASI IMAN DENGAN HIDUP

3. KESENJANGAN PRAKTEK IMAN DENGAN KENYATAAN



Keputusan dan tindakan yang kita ambil untuk menyelesaikan suatu masalah kehidupan berdasarkan dari kepercayaan kita akan sesuatu yang nyata. Hal ini juga berlaku bagi guru dalam menjalankan perannya. Saat guru menjalankan perannya tentulah tidak terlepas dari berbagai masalah. Dalam situs www.uns.ac.id , peran guru di sekolah dan di masyarakat ada empat yaitu peran guru sebagai profesional, peran guru terhadap siswa, peran guru terhadap masyarakat, dan peran guru terhadap guru lainnya. Peran yang paling vital di antara keempat peran guru tersebut adalah peran guru terhadap siswa karena komunitas utama guru dalam menjalankan tugasnya adalah di dalam kelas, yaitu memberikan keteladanan dan mentransfer ilmu pengetahuan.

Keteladanan guru memegang peranan penting dalam mendidik siswa, seperti ada pepatah yang mengatakan, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Perilaku yang ditunjukkan guru saat proses belajar mengajar pastilah akan ditiru oleh siswa, sehingga seorang guru harus benar-benar memperhatikan perilaku dan perkataannya. Perilaku dan perkataan seorang guru mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh guru tersebut. Kita dapat mengetahui nilai-nilai yang dianut oleh seseorang dengan cara mengetahui prioritas-prioritas mereka, misalnya dalam cara mereka memanfaatkan waktu, uang atau saat mereka mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah (Pengantar Pendidikan, 2006, p. 4). Nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru secara otomatis akan mudah diserap oleh siswa-siswanya. Oleh karena itulah, nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa.


Seorang guru Kristen sudah seharusnya memiliki nilai-nilai dan prinsip hidup Kristen. Hal ini dilatarbelakangi oleh aktivitas-aktivitas rohani yang ‘berbau’ Kristen yang sering dilakukan dalam hidup kesehariannya, misalnya beribadah di gereja seminggu sekali, mengikuti kelompok-kelompok pemahaman Alkitab dan lain sebagainya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah; apakah aktivitas-aktivitas tersebut hanya merupakan sebuah rutinitas atau sudah menjadi sebuah gaya hidup? Aktivitas-aktivitas kerohanian yang sudah menjadi gaya hidup dapat dilihat melalui integritas yang dimiliki oleh guru tersebut.


Guru Kristen harus memiliki integritas kekristenan yang melekat terus sepanjang hidupnya. Adanya integritas ini menjadikan seorang guru menjadi seorang pribadi yang tidak hanya mentransferkan ilmu kepada siswa-siswanya tetapi juga mentransferkan nilai-nilai dan prinsip hidup yang berdasarkan Kristus. Seorang guru Kristen menjadikan Alkitab yang merupakan firman TUHAN sebagai dasar dari segala sesuatu, termasuk ilmu pengetahuan. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh guru-guru non Kristen karena bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah, ilmu pengetahuan hanya berdasarkan pada segala sesuatu yang dapat dijelaskan secara rasional dan dapat dilihat secara kasat mata serta dirasakan secara indrawi.


Guru Kristen terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin dalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus, seperti yang tertulis dalam Kolose 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam DIA. Hendaklah kamu berakar di dalam DIA dan dibangun di atas DIA, hendaklah kamu bertambah teguh di dalam iman yang telah dakujarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Ada banyak segi kehidupan Yesus Kristus yang perlu diteladani oleh guru Kristen yang memiliki integritas kekristenan mencerminkan pribadi Kristus yang menjadi dasar pegangannya, yaitu:

1. Segi INTEGRITAS
Yesus memperlihatkan kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan (Matius 5:44 dan Lukas 23:34).
2. Segi KASIH
Yesus menerima orang apa adanya dan mendorong mereka untuk berserah kepada Allah (Yohanes 1:14 ; Filipi 2:5-11). Yesus juga sangat mengasihi dan mengenal murid-murid-NYA dengan baik sehingga Ia mengetahui perkembangan rohani mereka.
3. Segi KREATIF
Metode pengajaran Yesus bervariasi dan sangat kreatif. Yesus seringkali mengajar menggunakan perumpamaan dan bersifat komunikatif dengan para pendengarnya.
4. Segi RELEVAN
Ajaran Yesus selalu relevan bagi pendengarnya dan bersifat otoratif dan efektif (Matius 7:28-29)
5. Segi REALITAS dan RELASIONAL
Ajaran Yesus selalu sederhana dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari para pendengarnya dan mengajarkan para pendengarnya untuk memiliki hubungan antar pribadi yang harmonis.

Guru Kristen merepresentasikan segi-segi kehidupan Kristus termasuk dalam mengajar siswa-siswanya. Guru Kristen seringkali menghadapi harapan-harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak semua siswa di dalam kelasnya berperilaku baik dan berprestasi seperti yang diharapkan. Ada juga siswa yang tergolong lambat dalam menyerap pelajaran dibandingkan dengan siswa-siswa yang lain, selain itu ada juga siswa yang berperilaku buruk dan susah disiplinkan. Hal ini menuntut kesabaran seorang guru karena proses untuk mengubah perilaku siswa membutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil yang diharapkan seringkali tidak bisa langsung dilihat secara kasat mata. Hal inilah yang sering membuat guru mulai jenuh dan kehilangan harapan, ditambah lagi dengan pergumulan pribadi yang dihadapinya. Apa yang harus dilakukan oleh seorang guru Kristen dalam menghadapi hal ini?


Permasalahan yang dihadapi oleh guru Kristen ini tidaklah lepas dari natur keberdosaan siswa. Guru Kristen harus menyadari bahwa siswa-siswanya juga memiliki warisan dosa keturunan, sehingga hal-hal inilah yang membuat siswa seringkali tidak dapat memenuhi harapan guru, khususnya dalam sisi afektif (sikap dan tingkah laku). Keterbatasan siswa dalam menyerap mata pelajaran-mata tertentu karena siswa adalah pribadi ciptaan Allah yang unik. Guru Kristen harus menyadari keunikan tersebut dan meminta hikmat kepada Allah untuk mengerti setiap keunikan siswa-siswanya. Mengandalkan Allah ketika menghadapi berbagai permasalahan dalam mengajar, merupakan sebuah langkah iman yang dilakukan oleh seorang guru Kristen. Menurut Tong (1998, p. 26), iman berarti pengembalian jiwa seseorang kepada sumber dan sasaran hidupnya. [bersambung ke5. KESIMPULAN DAN REFERENSI]


NEXT PAGES :

5. KESIMPULAN DAN REFERENSI










Tidak ada komentar:

Posting Komentar